Jumat, 20 April 2012

Humor Hikmah: INGIN PUNYA RUMAH LUAS


Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abunawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari masalah pelik yang sedang dihadapi. 

Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.

"Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata kawan Abunawas.

"Baiklah”. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit dan kami tidak merasa bahagia." kata orang itu membeberkan kesulitannya.


Kawan Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Merekapun menyarankan orang itu menemui Abunawas di rumahnya. Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Kebetulan Abu Nawas sedang mengaji. 

Setelah tamunya mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas bertanya:

"Apakah kamu punya seekor domba?"
"Tidak, tetapi aku mampu membelinya." jawab or­ang itu.
"Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu." Abunawas menyarankan.

Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abunawas.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abunawas.
"Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa tambah buruk dibandingkan sebelum ada domba." kata orang itu mengeluh. 

"Kalau begitu, belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan di dalam rumahmu:" kata Abunawas. Orang itu tidak membantah. Ia langsung membeli beberapa ekor unggas kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. 

Beberapa hari kemudian orang itu da­tang lagi ke rumah Abu Nawas.  

"Wahai Abunawas,aku telah melaksanakan saranmu. Aku membeli beberapa ekor unggas dan ku tempatkan di rumah. Tapi,  aku dan keluargaku semakin tidak betah, karena rumah tambah sumpek. Kami tambah merasa tersiksa." kata orang itu dengan wajah yang semakin muram.
"Kalau begitu, belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu." kata Abu Nawas menyarankan.

Orang itu tidak membantah. Ia langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta. Beberapa hari kemudian orang itu menemui Abunawas.

"Wahai Abu Nawas, tahukah engkau, rumahku sekarang hampir seperti neraka. Lebih mengerikan dari pada sebelumnya. Wahai Abunawas, kami sudah tidak tahan tinggal dengan binatang-binatang itu." kata orang itu putus asa.

"Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. Ia langsung menjual anak unta yang baru dibelinya. Beberapa hari kemudian Abunawas pergi ke rumah orang itu. 

"Bagaimana keadaan kalian sekarang?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal di sini." kata orang itu tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu, sekarang juallah unggas-unggasmu." kata Abu Nawas. Orang itu tidak membantah. Ia langsung menjual unggas-unggasnya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu. "Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya

"Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami." kata orang itu dengan wajah ceria.

"Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu." pinta  Abunawas. Orang itu tidak membantah. 

Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya, "Bagaimana keadaan  kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami bertambah luas ka­rena binatang-binatang itu sudah tidak ada lagi. Dan kami sekarang merasa lebih bahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abunawas." kata or­ang itu dengan wajah berseri-seri.

"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Allah SWT  maka Allah akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan. 

Sebelum Abunawas pulang, ia bertanya kepada orang itu, "Apakah engkau sering berdoa ?" "Ya." jawab orang itu.

"Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah. Karena manakala Allah membuka pintu pemahaman kepadamu, ketika Dia tidak memberimu, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya." (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar